BEAUTIFUL POLICE WOMEN FROM SALATIGA
This's the real story, comes from my partner over there, Salatiga, Jawa Tengah. She's beautiful police women. Maybe from her story we can learn something new for our life. And this's her story
Menjadi anggota Polri merupakan kebanggaan tersendiri bagi sebagian orang. Tak terkecuali seperti apa yang dialami oleh keluarga Sobirin, warga Jl Veteran RT 02/ RW 10 Mangunsari, Sidomukti Salatiga. Pria yang bekerja
sebagaiagai seorang 
penambal ban ini tak mengira, puteri sulungnya dinyatakan lolos sebagai 
anggota polwan pada 2014 lalu. Padahal Sobirin mengaku tak terbesit 
sedikitpun mimpi menjadikan anaknya sebagai seorang polwan lantaran 
mengaku tidak memiliki biaya.
Adalah Bripda Eka Yuli Andini, gadis 19 
tahun yang merupakan puteri pertama pasangan Sobirin dan Darwanti ini 
mampu membuktikan bahwa anggapan masyarakat mengenai adanya biaya 
ratusan juta sebagai syarat menjadi anggota polisi tidaklah benar. 
Anggota Satuan Sabhara Polres Salatiga ini berasal dari keluarga yang 
kurang mampu, bahkan, hingga saat ini, Eka dan kedua orang tuanya masih 
menempati bengkel kontrakan berukuran empat kali enam meter sebagai 
tempat tinggal mereka.

Lulusan SMK N 2 Salatiga ini juga tak canggung membantu kedua orang tuanya menyelesaikan pekerjaan di bengkel . Sesekali, saat pulang dari berdinas, Eka masih terlihat memilah-milah ban bekas dan berbagai onderdil kendaraan yang akan digunakan oleh ayahnya.
“Awalnya kami juga tidak terlalu 
berharap Eka mampu lolos tes polwan. Tapi ternyata, dengan keyakinannya,
 Eka mampu membuktikan bahwa dirinya berhasil lolos tes hingga dilantik 
tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun. Kami hanya keluar uang untuk 
keperluan transport dan melengkapi berkas-berkas. Itupun saya ambil dari
 tabungan bayar kontrakan rumah saya dan pinjaman dari saudara,” terang 
Sobirin kepada jurnalwarga.com, Jumat (20/2).
Seperti yang diungkapkan ayahnya, Eka 
mengaku tak memiliki persiapan khusus saat mendaftar tes polwan. Alumni 
SPN Banyu Biru ini mengatakan, dirinya hanya mempersiapkan fisik dengan 
berlatih lari di alun-alun Pancasila setiap sore menjelang pelaksanaan 
tes.
“Tak ada persiapan khusus. Awalnya saya 
mencoba karena ada sosialisasi penerimaan polwan di sekolah. Atas ajakan
 beberapa teman, saya akhirnya mencoba dan ternyata lolos,” ungkapnya.
Hingga saat ini, Eka memilih berangkat 
dinas dengan berjalan kaki dan sesekali membonceng rekannya satu 
angkatan. Eka berharap, dengan tugasnya sebagai polwan, dirinya mampu 
membuat orang tuanya bangga dan bisa mengabdi kepada masyarakat, bangsa 
dan negara.


 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar